CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

20 Desember 2011

Fans Fiction Story --> IF I LET YOU GO (4) (END)

lanjutan...



“Ryn, sori gue cuma bisa bilang lewat video ini.. Terserah lo mau anggep gue gak gentle lah banci lah itu hak lo.. Tapi yang jelas gue mau bilang gue sayang banget sama elo.. tapi gue tau, ungkapan perasaan gue ini gak ada artinya bagi lo.. Gue tau lo lebih menyukai lelaki lain.. Gue tau, selama ini gue gak bisa jadi sahabat lo yang baik.. Maafin gue Ryn, gue ninggalin elo dan mungkin ngebiarin elo terluka dan jatuh ke pelukan orang yang salah..” ucap Bisma. Aku semakin merasa bersalah.
Bisma menghela nafasnya lalu melanjutkan kata-katanya .. “Mungkin gue terlalu egois.. gue ninggalin elo bukan karena gue benci sama lo Ryn.. tapi gue kasian sama hati gue Ryn.. Gue harap lo nggak bakalan lupain kenangan kita selama ini.. Gue berharap ada sedikit celah di hati lo buat mengenang gue Ryn.. Asal  lo tau, bisa mengenal lo, Aryna Sovia adalah suatu anugerah terindah dalam hidup gue...” . Aku semakin menangis mendengar kata-kata Bisma.
“Gue harap lo mau ketemu sama gue buat terakhir kalinya.. sebelum gue ke Aussie Ryn.. Gue pengen ngelihat elo secara dekat Ryn.. Kalau lo mau, besok pagi lo temuin gue di Airport.. I will wait you , I hope you wanna meet me for the last time, Ryn...”. Aku kaget. Apa Bisma mau pergi? Ya Tuhan, aku gak pengen kehilangan Bisma. Pokoknya besok pagi aku harus bisa nyegah dia pergi. Akupun tertidur dalam tangisku.
Hapeku bergetar. Aku mencoba membuka mataku. Kulihat jam menunjukkan pukul 8 pagi. Dengan malas kubuka inbox di hapeku. Ternyata dari dicky.

Buruan kluar ! gw udh d dpn rmh lo.. qt ke airport skrg!
Gk pke lma.. Lo gk mau khilangan Bisma kan?

Sender : Mr.Yuppie

Sontak, aku pun langsung menuju kamar mandi. Tidak sampai lima menit aku sudah berada di depan rumahku. Kulihat Dicky menanti di samping mobilnya. Dia lalu menyuruhku bergegas masuk. Ia segera melajukan mobilnya dengan cepat. Dua puluh menit kemudian, kami sampai di bandara. Dicky bergegas menarikku masuk. Dicky dan akupun mencari sosok Bisma diantara kerumunan orang. Tapi tak kutemui sosok Bisma.
“Bismaaaaaaa !” teriak Dicky tiba-tiba. Ku lihat Bisma duduk termangu di kursi tunggu. Aku dan Dicky pun menghampirinya. Bisma menyambut kehadiranku dengan tatapan dingin.
“Ssst..buruan ngomong Ryn..”bisik Dicky pelan padaku. Aku menghela nafas.
“Bis, maafin gue..”kataku.  Bisma tetap diam seribu bahasa. Ya Tuhan, apa Bisma tidak memaafkanku. Aku melirik ke arah Dicky, Dicky mengisyaratkanku untuk terus berbicara.
“Bis, gue tau gue salah.. gue emang bodoh Bis, lebih mentingin cowok yang aku suka ketimbang persahabatan kita.. gue tau, gue egois Bis, gue gak pernah bisa ngertiin perasaan lo.. gue gak pernah mau denger nasihat lo.. gue ..gue bukan sahabat yang baik buat lo Bis.. “ ucapku, kini air mata tak terbendung lagi. Bisma menatapku, tapi ia tak berkata apa-apa. Dia malah berdiri.
“Pesawat gue udah mau take off..” katanya acuh. Ia mulai berjalan pelan.
“Bis... gue sayang sama elo..  gue cinta sama elo.. cuma elo yang bisa buat hidup gue benar-benar berarti! Gue gak pengen lo pergi lagi Bis, gue gak siap buat kehilangan elo...” jawabku setengah berteriak. Aku pun menutup wajah dengan kedua mukaku, dan menangis.
Tiba-tiba Bisma menghampiriku, lalu memelukku erat. Selama beberapa menit aku menangis di pelukannya. Rasanya tak ingin kulepaskan pelukannya. Perlahan Bisma melepaskan pelukannya. Ia memegang tanganku.
“Makasih Ryn.. Lo serius sama ucapan lo?”tanya Bisma. Aku mengangguk. Bisma tersenyum.
“Apakah perasaan lo bakal berubah kalau gue jauh dari elo? Apa kah lo bakalan tetep sayang sama gue walaupun gue gak bisa buat selalu menjaga lo?”tanya Bisma.
“Maksud lo apa Bis? Gue janji perasaan gue ke elo gak akan berubah Bis, gue janji” jawabku.
“Berarti lo mau kan nunggu gue dua taun lagi?” tanyanya pelan. Bibirku mengatup.
“Lo beneran mau pergi Bis?”tanyaku. Bisma tersenyum getir lalu mengangguk. Ia mengecup keningku pelan.
“Tunggu gue ya Ryn...” kata Bisma lalu ia pergi menuju tempat pemberangkatan pesawat. Aku pun menatap kepergiannya dengan sedih. Dicky mengelus pundakku pelan.
“Udah Ryn..biarin di pergi.. dia pasti bakalan balik demi lo..”kata Dicky tersenyum.
“Iya Dik.. makasih.. “ jawabku. Dengan berat, aku melangkahkan kaki keluar Bandara. Kulihat pesawat yang ditumpangi Bisma telah mengudara. Aku tersenyum, mencoba mengikhlaskan hatiku untuk kepergian Bisma. Lalu ku colokkan ipodku dan ku mainkan Because Of You-nya Keith Martin yang menjadi lagu kenangan ku dan Bisma.



*THE END*

0 komentar:

Posting Komentar