“Ryn, sori gue cuma bisa bilang lewat video ini..
Terserah lo mau anggep gue gak gentle
lah banci lah itu hak lo.. Tapi yang jelas gue mau bilang gue sayang banget
sama elo.. tapi gue tau, ungkapan perasaan gue ini gak ada artinya bagi lo..
Gue tau lo lebih menyukai lelaki lain.. Gue tau, selama ini gue gak bisa jadi
sahabat lo yang baik.. Maafin gue Ryn, gue ninggalin elo dan mungkin ngebiarin
elo terluka dan jatuh ke pelukan orang yang salah..” ucap Bisma. Aku semakin
merasa bersalah.
Bisma menghela nafasnya lalu melanjutkan kata-katanya ..
“Mungkin gue terlalu egois.. gue ninggalin elo bukan karena gue benci sama lo
Ryn.. tapi gue kasian sama hati gue Ryn.. Gue harap lo nggak bakalan lupain
kenangan kita selama ini.. Gue berharap ada sedikit celah di hati lo buat
mengenang gue Ryn.. Asal lo tau, bisa
mengenal lo, Aryna Sovia adalah suatu anugerah terindah dalam hidup gue...” .
Aku semakin menangis mendengar kata-kata Bisma.
“Gue harap lo mau ketemu sama gue buat terakhir
kalinya.. sebelum gue ke Aussie Ryn.. Gue pengen ngelihat elo secara dekat Ryn..
Kalau lo mau, besok pagi lo temuin gue di Airport.. I will wait you , I hope you
wanna meet me for the last time, Ryn...”. Aku kaget. Apa Bisma mau pergi?
Ya Tuhan, aku gak pengen kehilangan Bisma. Pokoknya besok pagi aku harus bisa
nyegah dia pergi. Akupun tertidur dalam tangisku.
Hapeku bergetar. Aku mencoba membuka mataku. Kulihat
jam menunjukkan pukul 8 pagi. Dengan malas kubuka inbox di hapeku. Ternyata
dari dicky.
Buruan
kluar ! gw udh d dpn rmh lo.. qt ke airport skrg!
Gk
pke lma.. Lo gk mau khilangan Bisma kan?
Sender
: Mr.Yuppie
Sontak, aku pun langsung menuju kamar mandi. Tidak
sampai lima menit aku sudah berada di depan rumahku. Kulihat Dicky menanti di
samping mobilnya. Dia lalu menyuruhku bergegas masuk. Ia segera melajukan
mobilnya dengan cepat. Dua puluh menit kemudian, kami sampai di bandara. Dicky
bergegas menarikku masuk. Dicky dan akupun mencari sosok Bisma diantara
kerumunan orang. Tapi tak kutemui sosok Bisma.
“Bismaaaaaaa !” teriak Dicky tiba-tiba. Ku lihat Bisma
duduk termangu di kursi tunggu. Aku dan Dicky pun menghampirinya. Bisma
menyambut kehadiranku dengan tatapan dingin.
“Ssst..buruan ngomong Ryn..”bisik Dicky pelan padaku.
Aku menghela nafas.
“Bis, maafin gue..”kataku. Bisma tetap diam seribu bahasa. Ya Tuhan, apa
Bisma tidak memaafkanku. Aku melirik ke arah Dicky, Dicky mengisyaratkanku
untuk terus berbicara.
“Bis, gue tau gue salah.. gue emang bodoh Bis, lebih
mentingin cowok yang aku suka ketimbang persahabatan kita.. gue tau, gue egois
Bis, gue gak pernah bisa ngertiin perasaan lo.. gue gak pernah mau denger
nasihat lo.. gue ..gue bukan sahabat yang baik buat lo Bis.. “ ucapku, kini air
mata tak terbendung lagi. Bisma menatapku, tapi ia tak berkata apa-apa. Dia
malah berdiri.
“Pesawat gue udah mau take off..” katanya acuh. Ia mulai berjalan pelan.
“Bis... gue sayang sama elo.. gue cinta sama elo.. cuma elo yang bisa buat
hidup gue benar-benar berarti! Gue gak pengen lo pergi lagi Bis, gue gak siap
buat kehilangan elo...” jawabku setengah berteriak. Aku pun menutup wajah
dengan kedua mukaku, dan menangis.
Tiba-tiba Bisma menghampiriku, lalu memelukku erat.
Selama beberapa menit aku menangis di pelukannya. Rasanya tak ingin kulepaskan
pelukannya. Perlahan Bisma melepaskan pelukannya. Ia memegang tanganku.
“Makasih Ryn.. Lo serius sama ucapan lo?”tanya Bisma.
Aku mengangguk. Bisma tersenyum.
“Apakah perasaan lo bakal berubah kalau gue jauh dari
elo? Apa kah lo bakalan tetep sayang sama gue walaupun gue gak bisa buat selalu
menjaga lo?”tanya Bisma.
“Maksud lo apa Bis? Gue janji perasaan gue ke elo gak
akan berubah Bis, gue janji” jawabku.
“Berarti lo mau kan nunggu gue dua taun lagi?”
tanyanya pelan. Bibirku mengatup.
“Lo beneran mau pergi Bis?”tanyaku. Bisma tersenyum
getir lalu mengangguk. Ia mengecup keningku pelan.
“Tunggu gue ya Ryn...” kata Bisma lalu ia pergi menuju
tempat pemberangkatan pesawat. Aku pun menatap kepergiannya dengan sedih. Dicky
mengelus pundakku pelan.
“Udah Ryn..biarin di pergi.. dia pasti bakalan balik
demi lo..”kata Dicky tersenyum.
“Iya Dik.. makasih.. “ jawabku. Dengan berat, aku
melangkahkan kaki keluar Bandara. Kulihat pesawat yang ditumpangi Bisma telah
mengudara. Aku tersenyum, mencoba mengikhlaskan hatiku untuk kepergian Bisma.
Lalu ku colokkan ipodku dan ku mainkan Because
Of You-nya Keith Martin yang menjadi lagu kenangan ku dan Bisma.
*THE END*
0 komentar:
Posting Komentar