CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

2 Agustus 2014

Sunset di Stasiun Kereta




"Kamu jangan sedih begitu dong, aku kan pergi tidak lama...." kata seorang pemuda berperawakan tinggi putih dengan kumis tipis pada seorang perempuan berbadan mungil dengan rambut tergerai sebahu. Perempuan itu tidak bergeming ia hanya menatap si pemuda dengan tatapan memohon.
"Ah ayolah kalau kamu begini mana bisa aku tenang meninggalkan kota ini..."pemuda itu berkata lagi.
"Aku hanya belum siap..." perempuan itu kini berbicara.
"Tapi ini demi masa depanku, kamu sebagai sahabat terbaikku pasti mendukung kan? Bukankah kamu yang menyemangati untuk mengikuti tes itu dan sekarang aku udah keterima itu juga karena berkat dukunganmu loh...jangan buat aku kecewa.."
"Maafkan aku...." perempuan itu lalu menepuk pundak si pemuda "Oke, pergilah...semoga sukses!"
Senyuman tampak mengembang di wajah si pemuda. Ia lalu membawa travel bag nya untuk bergegas menaiki kereta yang akan membawanya.
"Jangan lupa kabarin aku yaa!" kata si perempuan setangah berteriak karena si pemuda telah berjalan menjauh. Pemuda itu menoleh ke belakang dan mengacungkan ibu jarinya seraya tersenyum.


***
Satu jam sudah kereta tersebut berangkat meninggalkan Jogja menuju Malang. Perempuan mungil itu masih betah duduk di kursi tunggu sambil sesekali menatap ke arah kereta yang ditumpangi si pemuda berjalan. Tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya dari belakang.
"Yaampun Fela! Kamu itu dicariin orang rumah...kemana aja ? Kenapa gak pulang sih.. Bukannya Ashar udah pergi daritadi kan?"
Perempuan yang ternyata bernama Fela itu melotot. "Ines, bisa gak sih dateng-dateng gak usah ngomel-ngomel gitu.."
"Kenapa sih? Sedih ya ditinggal Ashar? Yaampun Fel kamu kenapa gak jadian aja sih sama dia.."
"Iya lah Nes. Gimana sih rasanya ditinggal sama orang yang udah bertahun-tahun sama kita terus. Nes, rasa aku itu ke dia gak lebih sebagai seorang sahabat."
"Emang ada yang salah ya kalau sahabat jadi cinta? Justru enak kan, kalian gak perlu lagi pendekatan, jaga image, kan kalian udah tau buruk-baiknya satu sama lain"
"Kamu ini ngomong apaan sih Nes..udahlah. Kita sama-sama udah nyaman kaya gini kok"
"Ya bagus dong kalau udah sama-sama nyaman kenapa gak dijadiin aja?"
Fela terdiam. Ia tak tahu harus menanggapi perkataan Ines bagaimana.
"Fel, kalian itu udah kenal darilama banget kan. Udah dari SMP sampai sekarang kalian udah kuliah. Kurang lama gimana coba? Aku sama kamu aja baru sahabatan 2 tahun ini.."
''Udahlah Nes. Biarkan waktu yang menjawab, biar Tuhan yang mengatur apa yang akan terjadi sama aku dan Ashar ke depannya"

***
Fela menatap dinding kamarnya yang terpasang foto-foto kebersamaannya dengan Ashar, sahabat terbaiknya. Di bagian bawah setiap foto terdapat caption berupa kejadian yang saat itu terjadi sewaktu foto itu diambil. Fela menatap foto favoritnya dari berbagai foto yang tertempel di dindingnya. Foto itu adalah foto saat dirinya dan Ashar merayakan ulang tahun mereka yang ke 17 dan ke 18. Ya, Fela dan Ashar berulang tahun di hari yang sama.

"Emang ada yang salah ya kalau sahabat jadi cinta? Justru enak kan, kalian gak perlu lagi pendekatan, jaga image, kan kalian udah tau buruk-baiknya satu sama lain"

Fela merenungi kata-kata Ines tadi. Hatinya masih sedih karena ditinggal Ashar. Pilihan Ashar akan universitas negeri ternama di Malang-lah yang membuat jarak yang teramat jauh di antara mereka berdua. Fela tidak ada waktu untuk memikirkan bagaimana perasaan yang dia miliki kepada sahabatnya Ashar, yang Fela pikirkan saat ini yaitu sanggupkah dia menjalani hari-hari barunya tanpa Ashar?

***
Malang menyambut Ashar dengan semburat jingganya yang sangat cantik. Sesimpul senyum mengiring Ashar menuju kosnya.
Ashar menatap sekeliling ruang kamar yang akan dia tempati 4 tahun ke depan. Kamarnya memang tidak begitu besar, tapi cukup nyaman untuk ditinggali. Ashar mulai menata barang bawaannya, menatanya sedekimian rupa untuk membuat ia betah. Di pojok ruangannya tak lupa ia menggantungkan fotonya bersama Fela. Ashar nampaknya sangat menyanyagi Fela, sampai-sampai foto sahabatya itu diberikan tempat tersendiri di sudut kamarnya.
Saat hendak mengeluarkan isi tas ranselnya tiba-tiba ada sesuatu yang terjatuh dari dalam kantung ranselnya. Ashar mengambilnya lalu menimang-nimang setangkai mawar merah yang sudah layu dan mengering. Seharusnya mawar merah itu sudah ada di tangan orang lain sebelum layu dan mengering seperti ini.

"Aku suka sama kamu, kamu mau kan menerima mawar merah ini sebagai tanda kalau kamu juga setuju sama perasaanku?"
"Kenapa aku,Shar?"
"Ya karena memang kamu yang aku pilih"
"Kamu salah orang, Shar. Aku bukan orang yang tepat.."
"Maksud kamu apa?"
"Ada orang lain yang lebih tepat menerima bunga mawar dan pernyataan perasaanmu.."
"Tapi..."
"Shar,ada orang lain yang lebih mengerti kamu,lebih memahami kamu, lebih mengenal kamu luar dan dalam. Ada orang yang selalu ada di samping kamu saat senang dan sedih..dan itu bukan aku Shar.."
"Nes..tapi aku memilihmu.."
"Enggak, aku gak bisa terima ini semua. Maafin aku Shar. Tapi aku bukan orang yang tepat.."

Ashar teringat kejadian dua hari sebelum ia pergi meninggalkan Jogja. Ashar tidak menyangka Ines akan menolaknya bahkan Ines tidak mau menerima mawar merah pemberiannya. Ashar lalu membuang mawar merah yang telah mengering itu. Ines benar ada orang lain yang lebih tepat akan semua ini, orang yang lebih tepat menerima perasaannya.

***
Entah angin apa yang membawa Fela senja itu duduk di peron stasiun ini. Wajah cantiknya yang terkena siratan jingga nampak tenang seraya menatap ke arah kereta melaju. Ia menunggu dan tepatnya berharap salah satu dari kereta yang tiba akan membawa seseorang yang ia rindu kembali. Matahari sudah hampir benar-benar terbenam namun itu tidak membuatnya bergeming sedikitpun atau tergerak untuk segera meninggalkan stasiun kereta ini dan kembali ke rumah, karena sejujurnya ia sudah lelah karena aktivitasnya di kampus hari ini.
Fela merogoh ponselnya lalu memotret langit senja sebelum matahari benar-benar tenggelam dan berganti malam. Foto itu langsung ia unggah pada akun sosial media-nya seraya menuliskan caption pada fotonya "Senja : Aku Rindu ".

***
"Wih kamar lo luas juga ya Shar...."
"Emang iya, makanya aku nyaman banget disini.." kata Ashar sore itu kala teman kampusnya mampir ke kosnya.
Ashar segera menyuguhkan makanan kecil dan minuman kaleng yang sengaja ia beli karena sore ini dia dan temannya akan bekerjasama untuk menyiapkan materi presentasi.
"Shar itu siapa?" tanya teman Ashar saat melihat sebuah foto yang tergantung di dinding.
"Oh itu sahabat aku...." ternyata foto yang tergantung di dinding adalah foto kebersamaan Ashar dan Fela.
"Sahabat?Lo yakin?Pacar kali..."
Ashar tersenyum. "Bukan bro, dia sahabat aku. Sahabat dari kecil...namanya Fela"
"Awet bener ye...udah berapa lama kalian sahabatan?"
"Engg...dari SMP sih...hampir 7 tahun lah..."
"Gile...kenapa lu gak pacaran aja sih sama dia?"
Ashar terdiam sejenak. "Aku suka sama temennya hehe" tiba-tiba terlintas wajah Ines di benak Ashar. Ashar buru-buru menghapusnya.
"Baru suka kan? Belum sayang sama cinta kan?"
Ashar hanya tersenyum tidak tahu harus menjawab apa.
"Sori ya bro,bukannya gue mau ikut campur. Tapi menurut gue lo tu udah sayang bahkan cinta sama Fela melebihi apapun,tapi lo udah terlalu menganggap dia sebagai saudara lo sendiri. Kalau gue jadi lo sih, gak perlu berkelana kemana-mana lagi deh. Jaman sekarang susah lo nyari orang yang mau nerima sisi baik dan buruknya kita."
Ashar terdiam. Jauh di lubuk hatinya, ia diam-diam menyetujui perkataan temannya itu.

***
Malang di malam hari terasa dingin. Hawa yang tidak biasa dirasakan Ashar di kota asalnya. Kopi yang ia seduh beberapa menit yang lalu saja bahkan sudah sedikit menjadi dingin. Ashar merapatkan jaket tebal bewarna merah yang sedang ia pakai, jaket kesayangan yang diberikan oleh sahabat kecilnya saat ia berulang tahun. Ashar segera membuka laptopnya, wajahnya sumringah menatap wajah mungil dengan rambut sebahu tergerai yang telah menunggunya untuk video call sedari tadi.
"Ashar lama banget..aku nungguin sampai ketiduran tau.."
"Hehe maaf ya Fel, tadi lagi nyelesaiin tugas bentar...."
"Gimana, Malang?"
"Dingin nih...di Jogja gimana?"
"Sekarang sih jadi dingin..."
"Kok gitu.."
"Soalnya yang jadi penghangat udah pergi..." Fela menunjukkan raut sedih lalu ia tertawa. "Apa banget ya aku ini..."
Ashar menatap wajah Fela dari layar laptopnya. Ia juga tertawa. Dingin yang sedari tadi menusuk tulangnya seperti hilang sedikit demi sedikit kala melihat senyum Fela yang menghangatkan malam ini.

Di sisi berbeda di waktu yang sama

"Kok gitu..."
"Soalnya yang jadi penghangat udah pergi..."
Wajah Ashar berubah sesaat setelah Fela mengatakan itu. Fela merasa geli iapun lalu tertawa. "Apa banget ya aku ini..."
Ashar lalu tertawa. Fela menatap dalam-dalam wajah Ashar, jauh di dalam hatinya ia ingin berkata betapa ia merindukan Ashar, betapa ia ingin Ashar kembali bersamanya saat ini seperti biasanya.
"Ashar..."
"Iya Fel?"
"Fela boleh jujur gak?"
"Apaan Fel?"
"Fela kangen sama Ashar..." Fela akhirnya mengatakan hal yang sudah lama ingin ia katakan.
"Ashar juga kangen banget sama Fela...Kalau kangen pelototin aja foto Ashar sama Fela ..."
Fela tersenyum. Sempat-sempatnya saja Ashar masih becanda.
"Ashar kalau kangen pasti selalu nontonin video webcam alay kita dari jaman SMP atau mandangin foto-foto kita yang Ashar pasang di kamar.."
"Ashar pasang foto kita di kos?"
Ashar mengangguk senang, lalu mengarahkan kameranya ke sekeliling kamar kosnya.
"Penuh banget sih Shar fotonya..."
"Iya dong...biar Ashar gak ngerasa kesepian dan Ashar bisa ngerasain kehadiran Fela di dekat Ashar walau cuma dengan liat foto-foto itu"

Malam yang sama seakan menghantarkan rindu Fela dan Ashar, malam juga seakan menyadarkan rasa yang mereka miliki satu sama lain selama ini. Fela dan Ashar menikmati perbincangan jarak jauh mereka hingga terlelap.

***
1 April 2014 . Pukul : 16.00 WIB. Tempat : Stasiun Kereta
Fela datang ke stasiun ini untuk kesekian kalinya. Senyuman mengembang di sudut bibirnya. Kebahagiaan yang ia rasakan karena hari ini usianya sudah bertambah, itu artinya sama pula dengan bertambahnya usia Ashar. Mererka berulang tahun di tanggal yang sama,hanya Ashar 1 tahun lebih tua dari Fela.
Ada janji yang membuat Fela bersemangat datang ke statiun kereta sore ini. Tidak seperti sore-sore sebelumnya, ia datang dengan raut muka sedih dan merindu.
Sore itu angin memang bertiup lumayan kencang, berkali-kali Fela harus membenarkan rambutnya yang berantakan tersapu hembusan angin. Sekotak kado sudah ditangannya sedari tadi.

Pukul : 16.30 WIB
Fela terus menatap ke setiap orang yang turun dari kereta. Tubuh mungilnya berjinjit-jinjit berusaha menemukan sosok yang mungkin ia kenal. Masih banyak kereta yang akan terus datang, dan Fela akan terus menunggu.

Pukul : 17.00 WIB
Sudah hampir satu jam Fela berdiri di stasiun ini sendiri. Ia nampak lelah menunggu. Senyum yang sedari tadi mengembang mulai luntur.

Pukul : 17.15 WIB
Fela kini sudah duduk di sudut favoritnya di stasiun ini. Tempat dimana ia selalu meluangkan waktunya menikmati senja sambil mengedarkan pandangannya ke arah kereta yang dulu membawa Ashar pergi ke Malang, sambil berharap Ashar segera datang kepadanya. Sepertinya sore ini Fela harus merasakan sore-sore sebelumnya dengan rindu yang berkecamuk dalam hati dan pikirannya.

Pukul : 17.30 WIB
Source : http://farm3.static.flickr.com/2538/3844298716_f84c4a7cf8_b.jpg
Semburat jingga memenuhi langit di ufuk barat. Matahari hampir terbenam. Sepertinya janji untuk datang hanya sekedar janji belaka. Fela sudah benar-benar lelah, di sudut matanya telah terkumpul genangan air yang sewaktu-waktu dapat ia tumpahkan. Raut kebahagiaan benar-benar sudah hilang dari wajah cantiknya yang terkena siratan jingga. Sekali lagi ia menatap ke arah kereta yang akan datang, tapi mungkin sosok itu tidak akan muncul saat ini.

"Permisi mbak, waktu sholat Asharnya udah habis belum ya?"
"Ya udahlah Mas. Mataharinya udah mau terbenam itu lho"
"Duh keretanya pakai telat lagi jadi sampai sini Asharnya udah habis kan.."
Fela menatap ke arah sumber suara.
Senja menerpa wajah sosok itu.
Sosok dengan perawakan tinggi dengan kumis tipis yang melekat di atas bibirnya.

"Selamat ulang tahun Fela... Maaf membuatmu menunggu "

Tak terasa air mata jatuh membasahi pipi Fela bersamaan dengan terbenamnya matahari. Air mata kebahagiaan tentunya.

"Selamat ulang tahun juga Ashar..."

0 komentar:

Posting Komentar