CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

8 Juli 2014

#DiaryRara : Percakapan Tak Terduga

Dear Diary,

Setelah 1 bulan.... setidaknya aku sudah (agak) ikhlas melepas Sakti. Ada yang bilang 'ketika kamu benar-benar menyayangi seseorang ketika ada orang lain yang menyayanginya dan mencintai, maka dengan sepenuh hati kamu akan mendoakan kebahagiannya..' Jadi intinya aku harus berbahagia atas kebahagiaan Sakti, siapapun yang dipilih menjadi tambatan hatinya aku berdoa semoga Sakti bisa bahagia bersama orang itu. Toh melihat Sakti bahagia juga merupakan kebahagiaanku sebagai sahabat kan? Ya seperti apa yang sudah saling kami ikrarkan dalam RaSa dulu, saling berabagi rasa apapun itu  :')


Oh iya tadi siang di kampus ada kejadian tak terduga loh. Aku sama Surya saling bicara satu sama lain, ya walau sekedar basa-basi sih.
"Kasian banget sih kecil-kecil  bawa yang berat-berat..." Surya tiba-tiba berbicara padaku waktu tak sengaja kami berpapasan di koridor kampus.
Aku yang saat itu lagi keberatan membawa setumpuk makalah kerjaan anak-anak menuju ruangan dosen cuma bisa merungut kesal "Ngeledek aja sih kamu, bantuin kenapa?"
"Yeee dia sewot,sini-sini aku bantuin..."
"Serius mau bantuin?"
"Iyalah, sini....keburu aku berubah pikiran nih..."
"Tuh kan gak ikhlas berarti nolonginnya mah..." aku mulai memberikan setengah dari tumpukan makalah itu pada Surya.
"Ikhlas kok ikhlas..." Surya tersenyum lalu kami tertawa.

Kami pun berjalan beriringan menuju ruangan dosen. Tiba-tiba saja keheningan yang tercipta diantara kami berdua membuat jarak ke ruangan dosen terasa jauh, gak nyampe-nyampe. Aku bingung harus memulai pembicaraan seperti apalagi untuk memecah keheningan ini, sepertinya Sakti juga begitu.
"Eh kita mau ke ruangan siapa sih?" Surya pun akhirnya memulai pembicaraan lagi.
"Itu ruangannya Pak Dedi..."
"Oh kamu diajar Pak Dedi toh, emang enak ya ngajarnya? Aku denger-denger beliau killer.."
"Bukan killer sih tapi lebih ke tegas, mungkin beliau keliatan serem efek dari kumis lebatnya tuh..."
Celetukanku ternyata mendapat respon Surya dengan tawa yang menjadi-jadi.
"Eh, ketawanya biasa aja loh..." aku berusaha menahan tawa juga saat itu.
"Abis kamu lucu sih ngomongnya gitu......". Entah kenapa tawa Surya siang itu seperti udara segar yang bikin kesedihanku-yang belum sepenuhnya ilang ini jadi sedikit berkurang.

"Surya makasih ya..." saat itu kami sudah keluar dari ruangan Pak Dedi. Surya tersenyum, kami pun berpisah di persimpangan koridor karena aku ada mata kuliah lagi dan Surya katanya sih ada praktikum.

Diary, aku gak tau ya kenapa aku ngerasa sedikit nyaman aja waktu jalan di samping Surya. Hatiku seneng aja liat dia tersenyum tulus kaya gitu. Tapi gak tau kenapa, kalau liat Surya aku jadi keinget Sakti lagi ya? Ya, Sakti dalam wujud,perawakan,dan sosok yang berbeda pula. Tapi apa pantas aku menyamakan Sakti dengan Surya. Sekali lagi, mereka kan baru mirip secara fisik saja, walaupun tadi aku menyadari Surya sedikit humoris ternyata..aku kira dia lumayan pendiam, aku biasa melihat wajah seriusnya saat kami ada kelas yang sama, aku biasa melihatnya sibuk dengan buku-buku di perpustakaan, ternyata ada sisi lain ya dari sosok seriusnya.

Haha, sepertinya aku dapat sedikit angin segar hari ini...

Rara

0 komentar:

Posting Komentar