CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

8 Juni 2014

#DiaryRara : Not a happy ending story

Dear Diary,

Kebahagiaan dan kesedihan itu emang paket lengkap ya. Siapa yang tau semenit yang lalu kita bahagia semenit kemudian kita malah sedih.

Aku kira semuanya akan berakhir indah, aku kira awal kebahagiaanku akan segera datang lagi, manusia memang hanya bisa berharap tapi Allah-lah yang Maha Perencana.

Mungkin, selama ini Allah telah menjawab doa dan harapan yang selalu tak henti-hentinya aku panjatkan dalam setiap sujudku. Allah menjawabnya dengan memberiku kebahagiaan, meski hanya sementara. Lalu, Allah mengambil kebahagiannku dan memberiku peringatan karena mungkin aku lupa bersyukur atas kebahagiaan yang telah dia berikan, Allah memberiku sebuah kesedihan.

Maaf ya Diary, kertasmu jadi basah begini, karena air mataku. Semuanya yang kurasakan hanya bisa kucurahkan kepada Allah dan kepada kertas ini. Mungkin malam ini aku harus meluapkan semuanya, semua sesak yang sedari tadi terasa memenuhi rongga hati. Biarkan meluap jangan sampai ada yang tersisa dan tertinggal di dalam hati, agar tidak menjadi luka yang suatu saat akan terbuka lagi.

Aku tidak bisa menyalahkan siapapun saat ini, aku bingung, aku resah, aku kacau, aku kecewa, aku sedih......sedih sekali bahkan air mataku terus menetes lebih deras daripada dulu.


Sakti, lagi-lagi dia menyebabkanku menangis untuk kedua kalinya. Tapi yang ini terasa lebih menyakitkan!
Beberapa hari yang lalu Sakti nampak berbeda, dan firasatku merasakan hal yang tidak mengenakkan. Jangan-jangan......

Dan benar saja saat aku iseng-iseng membuka akun sosial medianya, mataku terbelalak saat melihat tulisan SAKTI ADITAMA is now relationship with FADILA SEKAR AYU. Hah Sakti balikan sama Dila? Masa sih? Apa aku mimpi?
Aku berpikir mungkin aku salah liat, tapi ternyata itu memang benar.

"Ra,aku mau cerita.."
"Aku balikan sama Dila.."
"Dila nyesel karena udah ninggalin aku dulu.."
"Beberapa hari ini, Dila sering ngajakin aku keluar..."
"Di pertemuan ketiga dia nangis dan memohon buat semuanya kembali kaya dulu..."
"Aku waktu itu sampai speechless, gak nyangka aja dia bakalan kaya gitu..."
"Bahagia banget gak sih aku, Ra?"
"Rasa sayang aku akhirnya terbalaskan sama orang yang bener-bener aku sayang..."

Kata-kata Sakti tadi sore terus berlarian di otakku. Dia tidak tahu betapa hancurnya aku yang berada di hadapannya.
Why it so sudden, Sak? Kemarin-kemarin kamu seakan-akan kaya kasih harapan lebih ke aku,terus selama ini tujuanmu apa?  Apa maksud perlakuanmu padaku karena kamu berusaha melupakan sosok Dila lewat kesibukan yang kamu jalani sama aku? Apa salah aku berharap lebih, Sak? Apa salah jika aku salah mengartikan perlakuanmu kemarin sebagai perasaan lebih alias cinta?

Aku hanya bisa membisu, bahkan air mataku mulai terkumpul di sudut mataku. Sakti mengguncangkan bahuku pelan.
"Ra kok kamu diem aja sih?"
Tes! Tanpa dikomando setetes air mata jatuh di pipiku. Sial!
"Ra kok kamu nangis?"
Aku berusaha menahan air mataku mati-matian, mengontrolnya agar tidak meluap berlebihan membanjiri mataku. Ra, kamu gak boleh nangis di depan Sakti! Kamu harus kuat! Kamu gak boleh keliatan lemah.
"Enggak papa kok..aku terharu aja,aku ikut seneng..." Bodoh! Aku rasanya ingin merutuki diriku sendiri. Kenapa harus berbohong, Ra? Kenapa kamu gak bilang yang sebenernya sama Sakti? Kenapa kamu gak jujur sama perasaan yang kamu punya buat Sakti?
Kenapa wanita hanya bisa  diam dan lebih memilih mengorbankan perasaannya hanya demi gengsi dan aturan bahwa lelaki-lah yang harus mengakui perasaannya duluan daripada perempuan?
Apa susahnya sih bilang "Sakti,aku sayang kamu lebih dari seorang sahabat, apa kamu tidak menyadarinya? Aku gak mau kehilangan kamu..." . Bisa saja kan kalimat itu justru bisa menahan Sakti untuk tidak pergi dan bisa saja membuat Sakti luluh dan berubah pikiran.

"Makasih ya Ra.....terimakasih atas kebahagiaan yang udah kamu bagi untuk menghapus kesedihanku...Aku sayang sama kamu..kamu sahabat terbaik yang pernah aku punya Ra" Sakti memelukku. Pelukan untuk terakhir kalinya.
"Aku juga sayang sama kamu Sak..." aku menjawab pelan sambil berusaha menahan sesak. Mulutku seakan terkunci untuk berkata hal yang lebih banyak. Pengecut kamu Ra! Kesempatan itu sudah di depan mata, tapi kamu seakan menyia-nyiakan dan membiarkan Sakti lepas dari genggamanmu untuk kedua kalinya --- Ya saat itu aku tak henti-hentinya bergulat dengan hati yang terus merutukiku.

Sakti melepas pelukannya, dan itu juga tandanya berakhir sudah kebersamaanku dengan Sakti.

Harusnya dari awal aku sudah tau kalau sampai kapanpun perasaan Sakti terhadapku tidak akan pernah berubah, sampai kapanpun Sakti menyanyangiku hanya sebatas sahabat tidak lebih. Harusnya aku sadar kalau aku tidak akan pernah menempati tempat teristimewa di hatinya.

Ini tandanya aku harus benar-benar melupakan Sakti. Sudah tidak ada gunanya rasa yang kupupuk sejak awal, pokoknya mulai detik ini aku harus benar-benar move on dari Sakti.

My shattered dream and broken heart are mending on the shelf
I saw you holding hand standing close to someone else
Now I sit all alone, I wishing all my feeling was gone
I give my best to you, but nothing for me to you
But have one last cry, one last cry before I leave it all behind
I'm gonna put you out in mind this time
Stop living lie
I guess I'm down to my last cry
(One Last Cry-Brian Mc Knight)


Diary, I promise this is my Last Cry,

Rara

0 komentar:

Posting Komentar