Dear Diary,
Kebahagiaan dan
kesedihan itu emang paket lengkap ya. Siapa yang tau semenit yang lalu kita
bahagia semenit kemudian kita malah sedih.
Aku kira semuanya
akan berakhir indah, aku kira awal kebahagiaanku akan segera datang lagi,
manusia memang hanya bisa berharap tapi Allah-lah yang Maha Perencana.
Mungkin, selama
ini Allah telah menjawab doa dan harapan yang selalu tak henti-hentinya aku
panjatkan dalam setiap sujudku. Allah menjawabnya dengan memberiku kebahagiaan,
meski hanya sementara. Lalu, Allah mengambil kebahagiannku dan memberiku
peringatan karena mungkin aku lupa bersyukur atas kebahagiaan yang telah dia
berikan, Allah memberiku sebuah kesedihan.
Maaf ya Diary,
kertasmu jadi basah begini, karena air mataku. Semuanya yang kurasakan hanya
bisa kucurahkan kepada Allah dan kepada kertas ini. Mungkin malam ini aku harus
meluapkan semuanya, semua sesak yang sedari tadi terasa memenuhi rongga hati.
Biarkan meluap jangan sampai ada yang tersisa dan tertinggal di dalam hati,
agar tidak menjadi luka yang suatu saat akan terbuka lagi.
Aku tidak bisa
menyalahkan siapapun saat ini, aku bingung, aku resah, aku kacau, aku kecewa,
aku sedih......sedih sekali bahkan air mataku terus menetes lebih deras
daripada dulu.
Sakti, lagi-lagi
dia menyebabkanku menangis untuk kedua kalinya. Tapi yang ini terasa lebih
menyakitkan!
Beberapa hari yang
lalu Sakti nampak berbeda, dan firasatku merasakan hal yang tidak mengenakkan.
Jangan-jangan......
Dan benar saja
saat aku iseng-iseng membuka akun sosial medianya, mataku terbelalak saat
melihat tulisan SAKTI ADITAMA is now relationship with FADILA SEKAR AYU. Hah
Sakti balikan sama Dila? Masa sih? Apa aku mimpi?
Aku berpikir
mungkin aku salah liat, tapi ternyata itu memang benar.
"Ra,aku
mau cerita.."
"Aku balikan
sama Dila.."
"Dila nyesel karena udah ninggalin aku dulu.."
"Beberapa hari ini, Dila sering ngajakin aku keluar..."
"Di pertemuan ketiga dia nangis dan memohon buat semuanya kembali kaya dulu..."
"Dila nyesel karena udah ninggalin aku dulu.."
"Beberapa hari ini, Dila sering ngajakin aku keluar..."
"Di pertemuan ketiga dia nangis dan memohon buat semuanya kembali kaya dulu..."
"Aku
waktu itu sampai speechless, gak nyangka aja dia bakalan kaya gitu..."
"Bahagia
banget gak sih aku, Ra?"
"Rasa sayang
aku akhirnya terbalaskan sama orang yang bener-bener aku sayang..."
Kata-kata Sakti
tadi sore terus berlarian di otakku. Dia tidak tahu betapa hancurnya aku yang
berada di hadapannya.
Why it so sudden,
Sak? Kemarin-kemarin kamu seakan-akan kaya kasih harapan lebih ke aku,terus
selama ini tujuanmu apa? Apa maksud
perlakuanmu padaku karena kamu berusaha melupakan sosok Dila lewat kesibukan
yang kamu jalani sama aku? Apa salah aku berharap lebih, Sak? Apa salah jika
aku salah mengartikan perlakuanmu kemarin sebagai
perasaan lebih alias cinta?
Aku hanya bisa
membisu, bahkan air mataku mulai terkumpul di sudut mataku. Sakti
mengguncangkan bahuku pelan.
"Ra kok kamu
diem aja sih?"
Tes! Tanpa dikomando setetes air mata jatuh di pipiku. Sial!
Tes! Tanpa dikomando setetes air mata jatuh di pipiku. Sial!
"Ra kok kamu
nangis?"
Aku berusaha menahan air mataku mati-matian, mengontrolnya agar tidak meluap berlebihan membanjiri mataku. Ra, kamu gak boleh nangis di depan Sakti! Kamu harus kuat! Kamu gak boleh keliatan lemah.
Aku berusaha menahan air mataku mati-matian, mengontrolnya agar tidak meluap berlebihan membanjiri mataku. Ra, kamu gak boleh nangis di depan Sakti! Kamu harus kuat! Kamu gak boleh keliatan lemah.
"Enggak papa
kok..aku terharu aja,aku ikut seneng..." Bodoh! Aku rasanya ingin merutuki
diriku sendiri. Kenapa harus berbohong, Ra? Kenapa kamu gak bilang yang
sebenernya sama Sakti? Kenapa kamu gak jujur
sama perasaan yang kamu punya buat Sakti?
Kenapa
wanita hanya bisa diam dan lebih memilih
mengorbankan perasaannya hanya demi gengsi dan aturan bahwa lelaki-lah yang
harus mengakui perasaannya duluan daripada perempuan?
Apa
susahnya sih bilang "Sakti,aku sayang kamu lebih dari seorang sahabat, apa
kamu tidak menyadarinya? Aku gak mau kehilangan kamu..." . Bisa saja kan
kalimat itu justru bisa menahan Sakti untuk tidak pergi dan bisa saja membuat
Sakti luluh dan berubah pikiran.
"Makasih ya
Ra.....terimakasih atas kebahagiaan yang udah kamu bagi
untuk menghapus kesedihanku...Aku sayang sama kamu..kamu sahabat terbaik
yang pernah aku punya Ra" Sakti memelukku. Pelukan untuk
terakhir kalinya.
"Aku juga
sayang sama kamu Sak..." aku menjawab pelan
sambil berusaha menahan sesak. Mulutku seakan terkunci
untuk berkata hal yang lebih banyak. Pengecut kamu Ra! Kesempatan itu sudah di
depan mata, tapi kamu seakan menyia-nyiakan dan membiarkan Sakti lepas dari
genggamanmu untuk kedua kalinya --- Ya saat itu aku tak henti-hentinya bergulat
dengan hati yang terus merutukiku.
Sakti melepas
pelukannya, dan itu juga tandanya berakhir sudah
kebersamaanku dengan Sakti.
Harusnya dari awal
aku sudah tau kalau sampai kapanpun perasaan Sakti terhadapku tidak akan pernah
berubah, sampai kapanpun Sakti menyanyangiku hanya sebatas sahabat tidak lebih.
Harusnya aku sadar kalau aku tidak akan pernah menempati tempat teristimewa di
hatinya.
Ini tandanya aku
harus benar-benar melupakan Sakti. Sudah tidak ada gunanya rasa yang kupupuk
sejak awal, pokoknya mulai detik ini aku harus benar-benar move on dari Sakti.
My shattered dream and broken heart are mending on
the shelf
I saw you holding hand standing close to someone else
Now I sit all alone, I wishing all my feeling was
gone
I give my best to you, but nothing for me to you
But have one last cry, one last cry before I leave it
all behind
I'm gonna put you out in mind this time
Stop living lie
I guess I'm down to my last cry
(One
Last Cry-Brian Mc Knight)
Diary, I promise this is my Last Cry,
Rara
0 komentar:
Posting Komentar