Dear Diary,
Kemarin aku reuni
dengan teman-teman semasa sekolah. Tentu saja di reuni itu aku bertemu dengan
Sakti untuk pertama kalinya setelah hampir 1 semester lebih kami memasuki dunia
perkuliahan.
Aku gugup,
deg-degan enggak tau kenapa, mungkin karena aku sudah
lama tidak bertemu dengan Sakti.
Kemarin waktu
reuni aku datang terlambat, hal ini karena aku harus menunggu temanku si April
yang telat menjemput setengah jam.
Sesampainya di
tempat yang dituju, deg-deganku belum ilang juga apalagi saat aku berjalan
mendekat dan kulihat sosok Sakti sedang asyik mengobrol dengan teman lainnya.
Saat aku dan April mendekat, Sakti menoleh lalu tersenyum sumringah.
"Hei Mata
Belo, sini sini duduk sini!!!!" aku saat itu cuma bisa terdiam dan pasrah
saat Sakti menarikku duduk di sebelahnya. Lalu Sakti mulai bercerita panjang
lebar dan melemparkan lelucon khasnya padaku. Aku pun tertawa sekeras mungkin
untuk menutupi debaran jantungku yang justru makin kencang....Tapi makin lama
aku makin larut dalam situasi.
"Gimana kamu
Ra, masih jomblo aja?" tiba-tiba saja Sakti melontarkan pertanyaan itu
padaku.
"Lah kamu
sendiri.....?"
"Ye malah
balik nanya, buruan cari cowok sih Ra, biar gak jones gitu....hahahahaha"
"Ih jones
ngatain jones masa...."
"Aku jones?
Sok tau kamu Ra.."
Deg!
Tiba-tiba aku teringat foto itu, foto sakti merangkul seorang cewek yang
diunggah di akun sosial medianya. Jadi bener, itu pacarnya Sakti? Atau hampir
jadi pacarnya. Aku ingin menanyakan, tapi aku tidak siap untuk menerima
kemungkinan terburuk (tau kalau Sakti memang udah pacaran) di sisi lain aku
tidak berani menanyakan, aku tidak ingin merusak suasana yang telah tercipta.
Aku tidak ingin obrolan tentang 'orang lain' merusak reuniku dan Sakti hari
ini.
"Oh...."
"Kok Cuma Oh
sih Ra? Gak seru ah! Hahahaha..kamu juga buruan melepas masa jomblo
sih!"
Aku saat itu menatap Sakti dan pengen rasanya bilang ke dia "Kalau aku pengennya sama kamu gimana?"-tapi kuurungkan niatku.
Aku saat itu menatap Sakti dan pengen rasanya bilang ke dia "Kalau aku pengennya sama kamu gimana?"-tapi kuurungkan niatku.
"Iye..."
jawabku singkat.
"Kok
kamu jadi jutek gitu sih mata belo, Jomblo mah sensi amat..."
"Ih
Sakti apaan sih...."
"Becanda
Ra, becandaaaa...." Sakti mengacak rambutku pelan-salah satu kebiasaannya
yang belum hilang sampai saat ini.
Lalu aku
dan Sakti mulai bercerita lagi tentang kekonyolan kita berdua jaman sekolah,
yang kita berdua pernah dimarahin guru gara-gara kami asyik main game 'tiga
jadi' saat pelajaran berlangsung. Sakti lalu menunjukkan foto-foto kita berdua
jaman dulu, aku senang saat itu karena ternyata Sakti masih menyimpan foto-foto
"RaSa" padahal aku kira dia sudah melupakan "RaSa"
Diary,
hari itu serasa tidak ingin kuakhiri. Aku masih ingin melihat Sakti secara
dekat, aku masih ingin mendengar suara dan tawanya yang selalu membuat rindu,
aku masih ingin dia mengacak rambutku, aku masih ingin menyenderkan kepalaku
pada salah satu bahunya, aku masih ingin berbagi cerita dan rasa kepadanya.
Kapan lagi aku bisa mengalami situasi seperti ini, berduaan bersama Sakti?
Aku
menatap Sakti dari kejauhan saat ia berjalan menuju motornya, "Sak,kapan
lagi kita bisa ketemu?"
"Mata
belo, duluan yaaa..." ia melambaikan tangannya padaku. Ada sedikit sesak
yang terganjal dalam hatiku. Tapi aku harus tetap bersyukur atas kebahagiaan
sesaat hari itu.
Setelah
reuni itupun, tetap tidak ada perkembangan. Sakti saja tidak lantas
menghubungiku, sekedar sms saja tidak. Sepertinya dia sudah benar-benar punya
dunia baru, sepertinya dia sudah sibuk dengan cewek yang ada di foto itu. Ah,
aku benci! Aku benci Sakti!
Hati manusia
memang absurd ya, kemarin suka sekarang benci, begitu juga sebaliknya,
Secepat itukah
perasaan berubah?
Rara
0 komentar:
Posting Komentar