CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

28 Juli 2013

Senja aku, Senjamu



Sore ini langit cerah tidak seperti perasaanku yang diselimuti mendung berkepanjangan. Dengan tenang kukendarai scoopyku menuju taman salah satu kampus ternama di kota ini. Setelah menemukan lokasi yang tepat, segera kuhentikan laju scoopyku.
Ya,sore ini aku sendiri. Ditemani dengan semilir angin sore dan tentunya senja yang selalu nampak indah di mataku..senja memang selalu berhasil menenangkan setiap kegelisahan dan kegusaran yang aku rasakan.
Mataku menatap sekeliling, ramai lalu lalang orang-orang  yang bersepeda,orang yang sedang berolahraga, bahkan ada banyak pasangan kekasih yang ikut menikmati senja berdua.. Aku hanya tersenyum memperhatikan itu semua.
Kejadian tadi siang memang masih sangat membekas di pikiranku. Semakin aku coba melupakan semakin aku teringat. Jujur aku sakit hati, bagaimana tidak perjuanganku selama beberapa bulan ini untuk mendapatkan hati seseorang ternyata berakhir sia-sia.
"Hhhhh.........." aku menghebuskan nafasku pelan. Berusaha untuk tetap tenang meski di dalam hati berontak ingin mengeluarkan semuanya dalam bentuk air mata.
Ya tapi aku sadar hidup tidak seindah FTV, yang selalu berakhir happy ending.
Aku memutuskan untuk pulang di saat hatiku semakin kalut. Tapi tetap saja, sekuat apapun seorang wanita  pasti akan menangis juga. Mungkin saat ini hanya tangis yang dapat mewakilkan seluruh perasaanku.

******
Dengan malas kulirik jam dinding di ujung kamarku. Jam 5 pagi. Aku segera bergegas menunaikan shalat shubuh dan mandi. Setelah selesai, terdengar ketukan dari luar kamarku.
"Adek ..ayo sarapan dulu. Udah ditunggu ya sama yang lain di meja makan" suara Mama.
"Iya ma sebentar lagi ya." jawabku.
Aku melihat wajahku di cermin. Mataku memangh tidak begitu lebam, toh sudah tertutupi dengan kacamataku. Tapi wajahku terlihat sangat kacau. Tidak mungkin aku duduk di meja makan dengan wajah seperti ini, sudah pasti Papa,Mama,dan Bang Fajar akan memberondongiku dengan berbagai pertanyaan tentang apa yang membuatku seperti ini.
Aku memutuskan untuk melewatkan sarapan pagi bersama keluarga, aku hanya tak ingin membuat khawatir mereka. Aku segera meraih tasku dan keluar kamar.

"Loh adek kok udah siap-siap mau berangkat ini masih jam 6 kurang lho..?" kata Papa saat aku menuruni tangga.
"Mau ngapelin pak bon sekolahnya kali, Pa haha" kali ini Bang Fajar yang berbicara.
"Abaaang...enggak boleh gitu.. Sini adek sarapan dulu lah..." Mama menyahut.
"Enggak Ma, aku sarapan di sekolah aja. Lupa kalau hari ini aku piket kelas.. Toh biar gak kena macet juga..."jawabku sambil berpura-pura mengais sesuatu di dalam tasku agar mama tidak melihat kekacauan yang tergambar jelas di wajahku.
Aku segera menyalami Papa,Mama,dan Bang Fajar. Lalu meninggalkan mereka dengan perasaan yang pasti tidak biasa melihatku seperti ini. Maaf ya Pa,Ma,Bang...

****
Fino Ardianto . Seseorang yang sudah menyebabkan kekacauan pada diriku. Aku merasa payah sudah menangisinya semalaman. Seharusnya aku tau dia tidak benar-benar menyukaiku sejak awal.  Seharusnya aku sadar dia hanya menganggapku teman biasa.  Aku tak mengerti dia termasuk dalam cowok php atau aku yang memang terlalu berharap. Tapi sungguh kejadian kemarin siang membuatku sakit hati. Bagaimana tidak, Fino mencium kening wanita lain.
Ah,aku berusaha menyingkirkan ingatanku tentang Fino. Sudah-sudah mungkin memang Tuhan tidak menakdirkan Fino untuk menjadi salah seorang pengukir memori di perjalanan hidupku.

Ya,sekali lagi hidup memang tidak seindah apa yang FTV gambarkan.

****
Sekiranya sudah sebulan aku mencoba move on dari Fino. Selama sebulan pula aku berusaha menyukai lelaki lain tapi tetap saja tidak bisa. Aku bukan tipe wanita yang gampang jatuh cinta. Aku juga bukan tipe wanita yang dengan mudah bisa dekat dengan lelaki. Aku bukan tipe wanita yang dibilang digandrungi oleh banyak lelaki. Ya,beginilah aku.

"Heh ngelamun aja..ntar kesambet loh.."
Aku menatap ke sumber suara ternyata itu suara Dinda, sahabatku di SMA ini yang telah kukenal sejak masuk bangku SMP Aku tersenyum,lebih tepatnya memaksakan diri untuk tersenyum.
"Senja,lo kenapa sih murung terus?" kata Dinda sambil menepuk pundakku pelan.
"Apa perlu gue jawab Din?". Dinda tertawa mendengarku, jelaslah Dinda tau penyebabnya. Sudah sebulan ini Dinda setia mendengarkan keluhanku yang susah untuk move on ini.
"Din,kenapa ya gue selalu gak beruntung dalam hal percintaan?"
"Lo jangan ngomong gitu lah, Sen..."
"Kenyataannya emang gitu Din. Lo taulah gue susah banget menaruh hati sama cowok. Sekalinya naruh pasti salah. Dan pasti ujung-ujungnya gue yang sakit..."
Dinda melirik ke arahku lalu tersenyum dan mengisyaratkan untuk menyuruhku melanjutkan.
"Gue tau Din gue gak menarik di mata cowok-cowok...tapi apa harus Din gue selalu makan hati tiap udah naruh hati ke cowok yang gue suka?"
"Senja lo ngomong apasih...Lo itu sebenernya cantik.. cuma cowok-cowok aja yang belum bisa ngeliat itu dari kamu.. "
Aku tertawa mendengar Dinda,aku tau dia hanya berusaha menghiburku.
"Aku serius. Senja itu indah..tapi sayangnya Senja yang ini gak indah karena wajahnya terus diselimuti mendung...."
Aku terdiam mendengarkan Dinda.
"Senja..sudahlah jangan terlalu bersedih..lo bukannya gak menarik, tapi lo selalu murung itu yang membuat cowok-cowok jadi tidak melihat aura di diri lo..sadar gak sih kalau selama ini lo tu cuek dan seakan-akan menutup hati buat cowok lain?"
Kata-kata Dinda sungguh menohok hatiku. Dinda benar,semua yang dikatakannya benar.
"Makasih ya Din..elo emang sahabat gue yang paling baik.." kataku seraya memeluk Dinda.
"Iya sekarang lo janji ya gak boleh sedih lagi. Lo harus ceria..biar lo bisa jadi Senja yang bener-bener kaya Senja jangan murung ntar nama lo berubah jadi mendung deh..."
"hahahahahaha" kamipun tertawa.

*****
Dinda memberiku kabar bahwa malam minggu besok akan ada reuni SMP. Tentu saja aku sangat ingin datang. Lumayanlah bertemu teman-teman, bernostalgia, tertawa bersama. Aku yakin itu akan membuatku benar-benar melupakan tentang Fino. Setidaknya, kegusaran yang aku rasakan sudah perlahan-lahan hilang.

****
Bintang Anugrah. Aku bertemu dengannya di reuni SMP setelah hampir dua tahun tidak bertemu. Sebenarnya aku dan Bintang tidak terlalu dekat tapi entah kenapa saat reuni kemarin kami saling berbincang dengan asyik. Sampai akhirnya Bintang meminta nomorku. Sudah seminggu ini aku dan Bintang saling smsan. Tenyata Bintang itu orang yang menyenangkan, dia punya selera humor yang tinggi dan aku menyukai itu.
Sore ini Bintang berniat untuk mengajakku pergi jalan-jalan. Tapi,aku dan Bintang tidak pergi berdua. Aku mengajak serta Dinda, karena jujur saja aku takut merasa canggung jika hanya jalan berdua dengan Bintang.

"Dek itu ada cowok nungguin kamu di ruang tamu tuh..."kata Mama seraya tersenyum
"oh iya Ma..itu Bintang, temen SMP senja.. Sini deh aku kenalin.." kataku sambil menggandeng tangan Mama menemui Bintang.
"Tang,kenalin ini mama aku. Ma,kenalin ini Bintang..." kataku.
"Nak Bintang cakep ya....udah berapa lama sama Senja?"kata Mama.
"Mama iiih....Bintang ini temen aku sama Dinda waktu SMP...jangan aneh-aneh mikirnya lah Ma..orang kita cuma temenan ya kan Tang?"
Bintang hanya tertawa ringan tanpa berkata sepatah katapun.

****
Semenjak itu, aku dan Bintang semakin akrab. Aku pun sudah tidak canggung lagi jika pergi hanya berdua dengan Bintang. Aku senang dan merasa sangat nyaman dengan Bintang karena dia orangnya asyik,gila,dan yang terpenting nggak jaim. Papa,Mama, dan Bang Fajar pun menyukai Bintang juga. Bahkan Bang Fajar sangat senang jika Bintang datang ke rumah, karena setiap Bintang datang ke rumah Bang Fajar selalu mengajak Bintang untuk bermain PS.

"Dek..Bintang itu anaknya baik ya.."kata Mama di sore itu. Aku hanya tersenyum sambil terus melanjutkan memijat kaki mama.
"Mama suka deh, kayaknya semenjak sama Bintang adek jadi keliatan ceria melulu..."
"Ah masa sih ma?" aku tersenyum mendengar pernyataan Mama. Tapi aku menyadari sih perkataan mama ada benarnya.
"Mama mau deh punya menantu yang baik kaya Bintang gitu dek.."
"Mama.....apaan sih orang aku sama Bintang enggak ada apa-apa.." jawabku. Tanpa kusadari pipiku merona.
"Yakin? Pipi adek merah gitu...kalau toh adek memang ada apa-apa sama Bintang mama mah bakal restuin kok..."
Aku hanya tersenyum.

****
"Gak terasa ya Sen...udah setengah taun aja..."kata Bintang tiba-tiba saat aku dan dia pergi ke toko buku malam itu.
"Apanya yang setengah taun,Tang?" tanyaku sambil terus mencari-cari buku yang akan kubeli.
"Kita...kita bareng-bareng..."
"Hah? Yaampun lo ngitungin Tang? Bukannya kita udah bareng-bareng pas SMP juga? Berarti 9 tahun dong..."
Bintang tertawa. Ia mengacak rambutku pelan.
"Duh Senja maksud gue kita deketnya...kan dulu kitamah gak deket Cuma kenal aja..."
Aku menatap Bintang dengan kerutan di jidatku. Ini maksudnya Bintang apa sih? Ngasih kode atau gimana.
"Gue sih pengennya gak cuma enam bulan aja Sen...pengennya sih selamanya..."lanjut Bintang.
"Eh...?" aku menatapnya semakin heran. Tapi Bintang malah tertawa dan merangkulku untuk keluar dari toko buku.

Di luar udaranya cukup dingin dan saat aku mendongak ke atas langitnya gelap,mendung,tak ada bintang.
"Nih..."kata Bintang seraya memberiku Hot Capuccino. Lalu kami berdua duduk di bangku yang ada di depan toko buku.
Aku menyeruput hot capuccinoku pelan. Sial,ternyata memang dingin dan parahnya baju yang kukenakan tidak sanggup menahan dinginnya angin malam ini. Dan sepertinya Bintang menyadari itu.
"Lo mau pakai jaket gue Sen?"
"Gak usah sok FTV gitu deh Tang..gue gak papa kok..toh Cuma dingin aja gak bikin gue mati kan?"
"Siapa yang sok FTV? Gue kan kasian liat elu Sen,udah kecil kedinginan lagi..."
"Ih dasar..yaudah sini jaket lo gue pake....awas ya kalau gantian lo yang kedinginan gue gak tanggung jawab.." kataku sambil merebut jaket dari tangan Bintang seraya menjulurkan lidahku padahnya. Lagi-lagi Bintang mengacak rambutku pelan lalu tertawa.
"Tang sayang ya langitnya jelek gitu gak ada bintangnya sama sekali..."
"Lah kan bintangnya ada di samping lo..."
"Hahaha jayus ah lo Tang..."
Kami terdiam.
"Lo suka bintang emang Sen?"
"Suka sih, tapi lebih suka senja. Senja kan indah..kalau bintang serem ah keluarnya malem-malem hiiiii..."
"Eh enak aja ..gue gak terima..."
"Hahaha becanda Tang...kalau lo sendiri suka sama bintang gak?"
"Ya jelas bintang kan indah, Sen.." Bintang terdiam "Apalagi kalau bisa liat bintangnya tiap malem bareng lo terus Sen..."
Aku menatapnya. "Lo bilang apa Tang...kok gue gak kedengeran jelas ya?". Apa tadi aku gak salah denger apa yang dibilang sama Bintang?.
"Ah enggak Sen,lo salah denger kali.." terlihat sedikit  raut wajah kekecewaan di wajah Bintang.
"Yaudah yuk Tang anterin gue pulang udah malem ini...."

****
Hari ini ulang tahun ke-17 ku. Saat terbangun dari tidur papa,mama,dan bang Fajar sudah berdiri di depan kasurku sambil membawa kue tart dengan lilin angka 1 dan 7.
"Selamat ulang tahun anak Papa yang paling cantik ini...."
"Selamat ulang tahun dek..makin dewasa ya..harus bikin Mama sama yang lain bangga ya!"
"Selamat 17 tahun dek...cepet taken ya lu dek haha"
Aku memeluk Papa,Mama dan Bang Fajar secara bergantian.
"ayo sekarang tiup lilin...make a wish dulu!". Aku lalu memejamkan mataku. 'Semoga papa,mama,dan bang fajar makin sayang sama aku.....' ucapku dalam hati. Tiba-tiba secara tak direncanakan aku menambahkan nama bintang dalam wishku 'semoga aku bisa terus sama bintang'.

****
Aku merasa bahagia hari ini. Banyak sms masuk ke hpku mengucapkan selamat ulang tahun. Dinda pun sudah menelponku untuk menyanyikan lagu 'Happy Birthday' . Tapi sayangnya, Bintang sama sekali belum memeberiku ucapan. Apa dia lupa? Atau jangan-jangan dia tidak kalau hari ini aku berulang tahun.

"Eh kok yang ulang tahun malah cemberut sih..."kata Dinda yang saat ini sedang ada di ruang tamu.
"Iya dek ntar tambah jelek lho.." sahut Bang Fajar.
"Enggak papa.." sahutku pendek. Aku mulai bete.
"Oh iya ngomong-ngomong Bintang kemana ? Kok gak kesini, kan pacarnya lagi ulang taun masa iya dia gak dateng"
"Bang...Bintang bukan pacar aku!" sahutku sedikit emosi.
Bang Fajar malah tertawa keras. Aku menghampirinya,lalu memukul bahunya pelan secara bertubi-tubi.
"Oh iya Sen..ngomong-ngomong tentang Bintang, dia nitipin ini ke gue buat lo..." kata Dinda seraya memberiku kotak bewarna coklat.
"Loh kapan Bintang ngasihin ini ke elo Din?"
Dinda terdiam. "Udah lama Sen,tapi dia minta gue buat ngasihinnya pas elo ultah..."
Aku tertegun melihat kotak itu. Berarti Bintang tau kalau hari ini aku ulang tahun? Tapi kok dia belum ngucapin sih....

****
Aku menimang-nimang kotak yang tadi siang Dinda berikan kepadaku. Aku lalu memutuskan untuk membukanya. Dan ternyata kotak itu berisi lampu berbentuk kotak yang didalamnya ada bahan berbahan plastik yang berbentuk tabung bergambar taburan bintang. Saat aku nyalakan, lampu itu bewarna oranye dengan pantulan gambar bintang.
Kutemukan secarik kertas yang ada di dalam amplop.

Siapa bilang Senja dan Bintang tak bisa menyatu? Mereka memang berbeda, tapi jika mereka disatukan akan membentuk suatu keindahan. Selamat ulang tahun Senja ! -Bintang Anugrah-

Aku tak bisa berkata-kata. Aku coba nyalakan lampu itu kembali. Ya aku tau maksudnya, warna oranye melambangkan senja dan gambar bintang yang ada di dalamnya melambangkan bintang.

****
Sudah seminggu Bintang hilang. Sampai detik ini Ia tidak menghubungiku lagi. Aku sudah pernah mencoba mengirimkan sms dan menelponnya tapi semuanya tak membuahkan hasil. Aku coba bertanya pada Dinda dan Bang Fajar jikalau mereka mengetahui keberadaan Bintang saat ini. Aku gelisah alhasil beberapa malam ini aku tak dapat tidur nyenyak, apalagi kini tiap malam lampu pemberian Bintang selalu menemaniku, membuatku semakin rindu akan sosok Bintang.
Aku memandangi langit-langit kamarku yang terdapat pantulan gambar bintang dengan cahaya oranye.
"Makanya dek..peka dikit lah jadi cewek..jelas banget loh Bintang itu menaruh hati sama adek..tapi adeknya cuek gitu, ya wajarlah kalau Bintang kecewa dan menjauh...." -kata-kata bang Fajar masih terngiang-ngiang di benakku.
"Iya Din..lo gimana sih giliran ada cowok yang serius dan tulus ke lo malah lo nya cuek gitu..." kini giliran kata-kata Dinda yang terlintas di benakku.
Aku membenamkan wajahku. Aku sungguh tidak bisa menggambarkan perasaan apa yang aku rasakan pada Bintang saat ini, mungkin aku ini lebih terbiasa berharap daripada diharapkan. Mungkin juga hatiku sudah mati rasa semenjak lama.
"Bintang.....gue kangen...." kataku spontan. Dan kali ini air mataku turun perlahan seperti saat kejadian Fino dulu. Tapi entah mengapa ada yang berbeda, tangisanku saat ini menimbulkan kesesakan yang tak kurasakan saat menangisi Fino lagi.
Apakah sebenarnya yang aku rasakan? Apa aku benar-benar jatuh hati pada Bintang?

****
Senja itu aku duduk termenung di taman kota, sendirian. Tanpa ditemani Dinda ataupun Bintang. Sampai saat ini aku masih terus memikirkannya dan merindukannya.

"Senja...Senja rindu sama Bintang..." kataku pelan sambil menatap langit senja itu.
"Senja sayang sama Bintang..tapi Senja takut kalau Bintang sama kayak cowok-cowok yang lainnya.." aku terdiam,menahan sesak yang mulai terkumpul di leherku.
"Senja ingin Senja bisa jadi Senja dihidup Bintang...dan Senja ingin Bintang bisa jadi Bintang di kehidupan Senja jugaa..."
Air mata mulai terkumpul di sudut mataku tapi aku menahannya untuk tidak turun.

"Gak usah sok FTV gitu deh Sen..." suara yang kukenal . Apa jangan-jangan......
Aku menoleh ke belakang dan benar saja itu Bintang!

"Hai Senja..."Bintang menyunggingkan senyum dengan tatapan tak bersalah sedikitpun. Aku mengusap mataku.
"Lo jahat ah Tang...." kataku canggung berusaha tertawa.
Bintang mendekatiku.
"Gue udah denger semuanya loh...." kata Bintang dengan nada sedikit menggoda. Sial, seketika wajahku bersemu merah. Dan Bintang menyadarinya.
"Haha wajah lo kenapa Sen? Nyamain langit ya hahahaha" Bintang tertawa dan dia mengacak rambutku pelan, sejujurnya aku rindu di saat dia seperti itu;mengacak rambutku.

"Langit senja emang indah ya...tapi sayang gak bisa gue miliki..." kata Bintang. Aku kaget dan tetap terdiam.
Lalu Bintang menatapku dalam.
"Tapi, Senja yang ini bisa jadi miliknya Bintang kaaan?"
Wajahku semakin memerah aku mengangguk pelan dan tersenyum. Bintang membalasnya dengan senyuman yang sangat hangat.



-TAMAT-

0 komentar:

Posting Komentar