Sore ini langit
cerah tidak seperti perasaanku yang diselimuti mendung berkepanjangan. Dengan
tenang kukendarai scoopyku menuju taman salah satu kampus ternama di kota ini.
Setelah menemukan lokasi yang tepat, segera kuhentikan laju scoopyku.
Ya,sore ini aku
sendiri. Ditemani dengan semilir angin sore dan tentunya senja yang selalu
nampak indah di mataku..senja memang selalu berhasil menenangkan setiap
kegelisahan dan kegusaran yang aku rasakan.
Mataku menatap
sekeliling, ramai lalu lalang orang-orang
yang bersepeda,orang yang sedang berolahraga, bahkan ada banyak pasangan
kekasih yang ikut menikmati senja berdua.. Aku hanya tersenyum memperhatikan
itu semua.
Kejadian tadi siang
memang masih sangat membekas di pikiranku. Semakin aku coba melupakan semakin
aku teringat. Jujur aku sakit hati, bagaimana tidak perjuanganku selama
beberapa bulan ini untuk mendapatkan hati seseorang ternyata berakhir sia-sia.
"Hhhhh.........."
aku menghebuskan nafasku pelan. Berusaha untuk tetap tenang meski di dalam hati
berontak ingin mengeluarkan semuanya dalam bentuk air mata.
Ya tapi aku sadar
hidup tidak seindah FTV, yang selalu berakhir happy ending.
Aku memutuskan untuk
pulang di saat hatiku semakin kalut. Tapi tetap saja, sekuat apapun seorang
wanita pasti akan menangis juga. Mungkin
saat ini hanya tangis yang dapat mewakilkan seluruh perasaanku.
******
Dengan malas kulirik
jam dinding di ujung kamarku. Jam 5 pagi. Aku segera bergegas menunaikan shalat
shubuh dan mandi. Setelah selesai, terdengar ketukan dari luar kamarku.
"Adek ..ayo
sarapan dulu. Udah ditunggu ya sama yang lain di meja makan" suara Mama.
"Iya ma
sebentar lagi ya." jawabku.
Aku melihat wajahku
di cermin. Mataku memangh tidak begitu lebam, toh sudah tertutupi dengan
kacamataku. Tapi wajahku terlihat sangat kacau. Tidak mungkin aku duduk di meja
makan dengan wajah seperti ini, sudah pasti Papa,Mama,dan Bang Fajar akan
memberondongiku dengan berbagai pertanyaan tentang apa yang membuatku seperti
ini.
Aku memutuskan untuk
melewatkan sarapan pagi bersama keluarga, aku hanya tak ingin membuat khawatir
mereka. Aku segera meraih tasku dan keluar kamar.
"Loh adek kok
udah siap-siap mau berangkat ini masih jam 6 kurang lho..?" kata Papa saat
aku menuruni tangga.
"Mau ngapelin
pak bon sekolahnya kali, Pa haha" kali ini Bang Fajar yang berbicara.
"Abaaang...enggak
boleh gitu.. Sini adek sarapan dulu lah..." Mama menyahut.
"Enggak Ma, aku
sarapan di sekolah aja. Lupa kalau hari ini aku piket kelas.. Toh biar gak kena
macet juga..."jawabku sambil berpura-pura mengais sesuatu di dalam tasku
agar mama tidak melihat kekacauan yang tergambar jelas di wajahku.
Aku segera menyalami
Papa,Mama,dan Bang Fajar. Lalu meninggalkan mereka dengan perasaan yang pasti
tidak biasa melihatku seperti ini. Maaf ya Pa,Ma,Bang...
****
Fino Ardianto . Seseorang yang sudah
menyebabkan kekacauan pada diriku. Aku merasa payah sudah menangisinya
semalaman. Seharusnya aku tau dia tidak benar-benar menyukaiku sejak awal. Seharusnya aku sadar dia hanya menganggapku
teman biasa. Aku tak mengerti dia
termasuk dalam cowok php atau aku yang memang terlalu berharap. Tapi sungguh
kejadian kemarin siang membuatku sakit hati. Bagaimana tidak, Fino mencium
kening wanita lain.
Ah,aku berusaha
menyingkirkan ingatanku tentang Fino. Sudah-sudah mungkin memang Tuhan tidak
menakdirkan Fino untuk menjadi salah seorang pengukir memori di perjalanan
hidupku.
Ya,sekali lagi hidup
memang tidak seindah apa yang FTV gambarkan.
****
Sekiranya sudah
sebulan aku mencoba move on dari Fino. Selama sebulan pula aku berusaha
menyukai lelaki lain tapi tetap saja tidak bisa. Aku bukan tipe wanita yang
gampang jatuh cinta. Aku juga bukan tipe wanita yang dengan mudah bisa dekat
dengan lelaki. Aku bukan tipe wanita yang dibilang digandrungi oleh banyak
lelaki. Ya,beginilah aku.
"Heh ngelamun
aja..ntar kesambet loh.."
Aku menatap ke
sumber suara ternyata itu suara Dinda, sahabatku di SMA ini yang telah kukenal
sejak masuk bangku SMP Aku tersenyum,lebih tepatnya memaksakan diri untuk
tersenyum.
"Senja,lo
kenapa sih murung terus?" kata Dinda sambil menepuk pundakku pelan.
"Apa perlu gue
jawab Din?". Dinda tertawa mendengarku, jelaslah Dinda tau penyebabnya.
Sudah sebulan ini Dinda setia mendengarkan keluhanku yang susah untuk move on
ini.
"Din,kenapa ya
gue selalu gak beruntung dalam hal percintaan?"
"Lo jangan
ngomong gitu lah, Sen..."
"Kenyataannya
emang gitu Din. Lo taulah gue susah banget menaruh hati sama cowok. Sekalinya
naruh pasti salah. Dan pasti ujung-ujungnya gue yang sakit..."
Dinda melirik ke
arahku lalu tersenyum dan mengisyaratkan untuk menyuruhku melanjutkan.
"Gue tau Din
gue gak menarik di mata cowok-cowok...tapi apa harus Din gue selalu makan hati
tiap udah naruh hati ke cowok yang gue suka?"
"Senja lo
ngomong apasih...Lo itu sebenernya cantik.. cuma cowok-cowok aja yang belum
bisa ngeliat itu dari kamu.. "
Aku tertawa
mendengar Dinda,aku tau dia hanya berusaha menghiburku.
"Aku serius.
Senja itu indah..tapi sayangnya Senja yang ini gak indah karena wajahnya terus
diselimuti mendung...."
Aku terdiam
mendengarkan Dinda.
"Senja..sudahlah
jangan terlalu bersedih..lo bukannya gak menarik, tapi lo selalu murung itu
yang membuat cowok-cowok jadi tidak melihat aura di diri lo..sadar gak sih
kalau selama ini lo tu cuek dan seakan-akan menutup hati buat cowok lain?"
Kata-kata Dinda
sungguh menohok hatiku. Dinda benar,semua yang dikatakannya benar.
"Makasih ya
Din..elo emang sahabat gue yang paling baik.." kataku seraya memeluk
Dinda.
"Iya sekarang
lo janji ya gak boleh sedih lagi. Lo harus ceria..biar lo bisa jadi Senja yang
bener-bener kaya Senja jangan murung ntar nama lo berubah jadi mendung
deh..."
"hahahahahaha"
kamipun tertawa.
*****
Dinda memberiku
kabar bahwa malam minggu besok akan ada reuni SMP. Tentu saja aku sangat ingin
datang. Lumayanlah bertemu teman-teman, bernostalgia, tertawa bersama. Aku
yakin itu akan membuatku benar-benar melupakan tentang Fino. Setidaknya,
kegusaran yang aku rasakan sudah perlahan-lahan hilang.
****
Bintang Anugrah. Aku bertemu dengannya di reuni
SMP setelah hampir dua tahun tidak bertemu. Sebenarnya aku dan Bintang tidak
terlalu dekat tapi entah kenapa saat reuni kemarin kami saling berbincang
dengan asyik. Sampai akhirnya Bintang meminta nomorku. Sudah seminggu ini aku
dan Bintang saling smsan. Tenyata Bintang itu orang yang menyenangkan, dia
punya selera humor yang tinggi dan aku menyukai itu.
Sore ini Bintang
berniat untuk mengajakku pergi jalan-jalan. Tapi,aku dan Bintang tidak pergi
berdua. Aku mengajak serta Dinda, karena jujur saja aku takut merasa canggung
jika hanya jalan berdua dengan Bintang.
"Dek itu ada
cowok nungguin kamu di ruang tamu tuh..."kata Mama seraya tersenyum
"oh iya Ma..itu
Bintang, temen SMP senja.. Sini deh aku kenalin.." kataku sambil
menggandeng tangan Mama menemui Bintang.
"Tang,kenalin
ini mama aku. Ma,kenalin ini Bintang..." kataku.
"Nak Bintang
cakep ya....udah berapa lama sama Senja?"kata Mama.
"Mama
iiih....Bintang ini temen aku sama Dinda waktu SMP...jangan aneh-aneh mikirnya
lah Ma..orang kita cuma temenan ya kan Tang?"
Bintang hanya
tertawa ringan tanpa berkata sepatah katapun.
****
Semenjak itu, aku
dan Bintang semakin akrab. Aku pun sudah tidak canggung lagi jika pergi hanya
berdua dengan Bintang. Aku senang dan merasa sangat nyaman dengan Bintang
karena dia orangnya asyik,gila,dan yang terpenting nggak jaim. Papa,Mama, dan
Bang Fajar pun menyukai Bintang juga. Bahkan Bang Fajar sangat senang jika
Bintang datang ke rumah, karena setiap Bintang datang ke rumah Bang Fajar
selalu mengajak Bintang untuk bermain PS.
"Dek..Bintang
itu anaknya baik ya.."kata Mama di sore itu. Aku hanya tersenyum sambil
terus melanjutkan memijat kaki mama.
"Mama suka deh,
kayaknya semenjak sama Bintang adek jadi keliatan ceria melulu..."
"Ah masa sih
ma?" aku tersenyum mendengar pernyataan Mama. Tapi aku menyadari sih
perkataan mama ada benarnya.
"Mama mau deh
punya menantu yang baik kaya Bintang gitu dek.."
"Mama.....apaan
sih orang aku sama Bintang enggak ada apa-apa.." jawabku. Tanpa kusadari
pipiku merona.
"Yakin? Pipi
adek merah gitu...kalau toh adek memang ada apa-apa sama Bintang mama mah bakal
restuin kok..."
Aku hanya tersenyum.
****
"Gak terasa ya
Sen...udah setengah taun aja..."kata Bintang tiba-tiba saat aku dan dia
pergi ke toko buku malam itu.
"Apanya yang
setengah taun,Tang?" tanyaku sambil terus mencari-cari buku yang akan
kubeli.
"Kita...kita
bareng-bareng..."
"Hah? Yaampun
lo ngitungin Tang? Bukannya kita udah bareng-bareng pas SMP juga? Berarti 9
tahun dong..."
Bintang tertawa. Ia
mengacak rambutku pelan.
"Duh Senja
maksud gue kita deketnya...kan dulu kitamah gak deket Cuma kenal
aja..."
Aku menatap Bintang
dengan kerutan di jidatku. Ini maksudnya Bintang apa sih? Ngasih kode atau
gimana.
"Gue sih
pengennya gak cuma enam bulan aja Sen...pengennya sih selamanya..."lanjut
Bintang.
"Eh...?"
aku menatapnya semakin heran. Tapi Bintang malah tertawa dan merangkulku untuk
keluar dari toko buku.
Di luar udaranya
cukup dingin dan saat aku mendongak ke atas langitnya gelap,mendung,tak ada
bintang.
"Nih..."kata
Bintang seraya memberiku Hot Capuccino. Lalu kami berdua duduk di bangku yang
ada di depan toko buku.
Aku menyeruput hot
capuccinoku pelan. Sial,ternyata memang dingin dan parahnya baju yang kukenakan
tidak sanggup menahan dinginnya angin malam ini. Dan sepertinya Bintang
menyadari itu.
"Lo mau pakai
jaket gue Sen?"
"Gak usah sok
FTV gitu deh Tang..gue gak papa kok..toh Cuma dingin aja gak bikin gue mati
kan?"
"Siapa yang sok
FTV? Gue kan kasian liat elu Sen,udah kecil kedinginan lagi..."
"Ih
dasar..yaudah sini jaket lo gue pake....awas ya kalau gantian lo yang
kedinginan gue gak tanggung jawab.." kataku sambil merebut jaket dari
tangan Bintang seraya menjulurkan lidahku padahnya. Lagi-lagi Bintang mengacak
rambutku pelan lalu tertawa.
"Tang sayang ya
langitnya jelek gitu gak ada bintangnya sama sekali..."
"Lah kan
bintangnya ada di samping lo..."
"Hahaha jayus
ah lo Tang..."
Kami terdiam.
"Lo suka
bintang emang Sen?"
"Suka sih, tapi
lebih suka senja. Senja kan indah..kalau bintang serem ah keluarnya malem-malem
hiiiii..."
"Eh enak aja
..gue gak terima..."
"Hahaha becanda
Tang...kalau lo sendiri suka sama bintang gak?"
"Ya jelas
bintang kan indah, Sen.." Bintang terdiam "Apalagi kalau bisa liat
bintangnya tiap malem bareng lo terus Sen..."
Aku menatapnya.
"Lo bilang apa Tang...kok gue gak kedengeran jelas ya?". Apa tadi aku
gak salah denger apa yang dibilang sama Bintang?.
"Ah enggak
Sen,lo salah denger kali.." terlihat sedikit raut wajah kekecewaan di wajah Bintang.
"Yaudah yuk
Tang anterin gue pulang udah malem ini...."
****
Hari ini ulang tahun ke-17 ku. Saat terbangun dari tidur papa,mama,dan bang Fajar sudah berdiri di depan kasurku sambil membawa kue tart dengan lilin angka 1 dan 7.
Hari ini ulang tahun ke-17 ku. Saat terbangun dari tidur papa,mama,dan bang Fajar sudah berdiri di depan kasurku sambil membawa kue tart dengan lilin angka 1 dan 7.
"Selamat ulang
tahun anak Papa yang paling cantik ini...."
"Selamat ulang
tahun dek..makin dewasa ya..harus bikin Mama sama yang lain bangga ya!"
"Selamat 17
tahun dek...cepet taken ya lu dek haha"
Aku memeluk
Papa,Mama dan Bang Fajar secara bergantian.
"ayo sekarang
tiup lilin...make a wish dulu!". Aku lalu memejamkan mataku. 'Semoga
papa,mama,dan bang fajar makin sayang sama aku.....' ucapku dalam hati.
Tiba-tiba secara tak direncanakan aku menambahkan nama bintang dalam wishku
'semoga aku bisa terus sama bintang'.
****
Aku merasa bahagia
hari ini. Banyak sms masuk ke hpku mengucapkan selamat ulang tahun. Dinda pun
sudah menelponku untuk menyanyikan lagu 'Happy Birthday' . Tapi sayangnya,
Bintang sama sekali belum memeberiku ucapan. Apa dia lupa? Atau jangan-jangan
dia tidak kalau hari ini aku berulang tahun.
"Eh kok yang
ulang tahun malah cemberut sih..."kata Dinda yang saat ini sedang ada di
ruang tamu.
"Iya dek ntar
tambah jelek lho.." sahut Bang Fajar.
"Enggak
papa.." sahutku pendek. Aku mulai bete.
"Oh iya
ngomong-ngomong Bintang kemana ? Kok gak kesini, kan pacarnya lagi ulang taun
masa iya dia gak dateng"
"Bang...Bintang
bukan pacar aku!" sahutku sedikit emosi.
Bang Fajar malah
tertawa keras. Aku menghampirinya,lalu memukul bahunya pelan secara
bertubi-tubi.
"Oh iya
Sen..ngomong-ngomong tentang Bintang, dia nitipin ini ke gue buat lo..."
kata Dinda seraya memberiku kotak bewarna coklat.
"Loh kapan
Bintang ngasihin ini ke elo Din?"
Dinda terdiam.
"Udah lama Sen,tapi dia minta gue buat ngasihinnya pas elo ultah..."
Aku tertegun melihat
kotak itu. Berarti Bintang tau kalau hari ini aku ulang tahun? Tapi kok dia
belum ngucapin sih....
****
Aku menimang-nimang
kotak yang tadi siang Dinda berikan kepadaku. Aku lalu memutuskan untuk
membukanya. Dan ternyata kotak itu berisi lampu berbentuk kotak yang didalamnya
ada bahan berbahan plastik yang berbentuk tabung bergambar taburan bintang.
Saat aku nyalakan, lampu itu bewarna oranye dengan pantulan gambar bintang.
Kutemukan secarik
kertas yang ada di dalam amplop.
Siapa bilang Senja dan Bintang tak bisa menyatu?
Mereka memang berbeda, tapi jika mereka disatukan akan membentuk suatu
keindahan. Selamat ulang tahun Senja ! -Bintang Anugrah-
Aku tak bisa
berkata-kata. Aku coba nyalakan lampu itu kembali. Ya aku tau maksudnya, warna
oranye melambangkan senja dan gambar bintang yang ada di dalamnya melambangkan
bintang.
****
Sudah seminggu
Bintang hilang. Sampai detik ini Ia tidak menghubungiku lagi. Aku sudah pernah
mencoba mengirimkan sms dan menelponnya tapi semuanya tak membuahkan hasil. Aku
coba bertanya pada Dinda dan Bang Fajar jikalau mereka mengetahui keberadaan
Bintang saat ini. Aku gelisah alhasil beberapa malam ini aku tak dapat tidur
nyenyak, apalagi kini tiap malam lampu pemberian Bintang selalu menemaniku,
membuatku semakin rindu akan sosok Bintang.
Aku memandangi
langit-langit kamarku yang terdapat pantulan gambar bintang dengan cahaya
oranye.
"Makanya
dek..peka dikit lah jadi cewek..jelas banget loh Bintang itu menaruh hati sama
adek..tapi adeknya cuek gitu, ya wajarlah kalau Bintang kecewa dan
menjauh...." -kata-kata bang Fajar masih terngiang-ngiang di benakku.
"Iya Din..lo
gimana sih giliran ada cowok yang serius dan tulus ke lo malah lo nya cuek
gitu..." kini giliran kata-kata Dinda yang terlintas di benakku.
Aku membenamkan
wajahku. Aku sungguh tidak bisa menggambarkan perasaan apa yang aku rasakan
pada Bintang saat ini, mungkin aku ini lebih terbiasa berharap daripada
diharapkan. Mungkin juga hatiku sudah mati rasa semenjak lama.
"Bintang.....gue
kangen...." kataku spontan. Dan kali ini air mataku turun perlahan seperti
saat kejadian Fino dulu. Tapi entah mengapa ada yang berbeda, tangisanku saat
ini menimbulkan kesesakan yang tak kurasakan saat menangisi Fino lagi.
Apakah sebenarnya
yang aku rasakan? Apa aku benar-benar jatuh hati pada Bintang?
****
Senja itu aku duduk
termenung di taman kota, sendirian. Tanpa ditemani Dinda ataupun Bintang.
Sampai saat ini aku masih terus memikirkannya dan merindukannya.
"Senja...Senja
rindu sama Bintang..." kataku pelan sambil menatap langit senja itu.
"Senja sayang
sama Bintang..tapi Senja takut kalau Bintang sama kayak cowok-cowok yang
lainnya.." aku terdiam,menahan sesak yang mulai terkumpul di leherku.
"Senja ingin
Senja bisa jadi Senja dihidup Bintang...dan Senja ingin Bintang bisa jadi
Bintang di kehidupan Senja jugaa..."
Air mata mulai
terkumpul di sudut mataku tapi aku menahannya untuk tidak turun.
"Gak usah sok
FTV gitu deh Sen..." suara yang kukenal . Apa jangan-jangan......
Aku menoleh ke
belakang dan benar saja itu Bintang!
"Hai
Senja..."Bintang menyunggingkan senyum dengan tatapan tak bersalah
sedikitpun. Aku mengusap mataku.
"Lo jahat ah
Tang...." kataku canggung berusaha tertawa.
Bintang mendekatiku.
"Gue udah
denger semuanya loh...." kata Bintang dengan nada sedikit menggoda. Sial,
seketika wajahku bersemu merah. Dan Bintang menyadarinya.
"Haha wajah lo
kenapa Sen? Nyamain langit ya hahahaha" Bintang tertawa dan dia mengacak
rambutku pelan, sejujurnya aku rindu di saat dia seperti itu;mengacak rambutku.
"Langit senja
emang indah ya...tapi sayang gak bisa gue miliki..." kata Bintang. Aku
kaget dan tetap terdiam.
Lalu Bintang
menatapku dalam.
"Tapi, Senja
yang ini bisa jadi miliknya Bintang kaaan?"
Wajahku semakin
memerah aku mengangguk pelan dan tersenyum. Bintang membalasnya dengan senyuman
yang sangat hangat.
-TAMAT-
0 komentar:
Posting Komentar