Ini
lanjutan dari postingan sebelumnya
Enjoy reading! =))
Dia
terkejut melihat kedatanganku. Matanya tak berkedip selama beberapa detik. Lalu
dia menyunggingkan senyumannya yang hangat seperti biasa. Aku membalas
senyumannya dan berjalan mendekatinya.
"Hai..."
sapaku sambil meletakkan sekotak brownies yang dari tadi aku bawa di meja yang
berada di depannya.
"Aku
boleh duduk?" tanyaku. Ia mengangguk. Aku duduk di sebelahnya, tetapi ia
malah bergeser beberapa jengkal dari tempatku, ia membuat jarak antara kami. Ia
menatap ke arah depan dan sepertinya tak tertarik untuk menoleh ke arahku. Kami
diam. Kalau sudah begini aku benci, aku benci keheningan yang tercipta di
antara kami.
"Akhirnya
kamu datang juga...aku kira kamu tidak datang..." katanya sambil masih
menatap ke depan.
Aku
tertawa kecil. "Tentu saja..aku sudah datang membawakan brownies
kesukaanmu, memakai kalung yang kau beri, memakai jam tangan ini, semuanya yang
menyenangkanmu sudah aku pakai, seperti dulu..."
Ketika
mendengar kata "dulu" ia langsung menoleh ke arahku, menatapku
dalam-dalam.
Dia
memang begitu, setiap kita bertemu dia selalu memintaku membawakan brownies
buatanku, mewajibkanku memakai kalung yang dia beri, mengharuskanku memakai jam
tangan couple yang sempat kita beli bersama dulu. Pernah sesekali aku lupa
membawa atau memakai salah satu 'atribut' itu dia akan mengomeliku, dan satu
lagi kalau aku ngaret dia pasti tidak akan berbicara denganku sampai aku
meminta maaf. Konyol bukan? Dia lelaki terkonyol yang pernah aku temui. Tapi
entah mengapa aku selalu saja menuruti kekonyolannya, mungkin karena aku telah
terlanjur mencintainya.
"Kenapa
kau datang?" tanyanya.
"Kau
sudah tau pasti jawabannya...." jawabku
Dia
tertawa. "kamu sudah jatuh cinta lagi kan?". Aku hanya tersenyum.
"jadi
bagaimana?"
"Bagaimana
apanya?" tanyaku
"Kamu
bersedia kan untuk melanjutkan setengah perjalanan yang kita lewati?"
"Entahlah..."
"Itu
bukan suatu jawaban sayang.."
Aku
tersenyum mendengarnya memanggilku sayang lagi setelah hampir 1 bulan ini aku
menjauh darinya.
"Bukannya
kamu sudah mulai menemukan rasa itu lagi?"
"Memang
iyasih.... Tapi aku belum sepenuhnya yakin..."
"Masih
setengah hati yaaa?"
"Sepertinya
begitu.."
"Haha, aku seperti digantung saja dengan ketidakpastianmu yang berlarut-larut"
"Haha, aku seperti digantung saja dengan ketidakpastianmu yang berlarut-larut"
Aku
tercengang mendengarnya berkata seperti itu. Ya Tuhan, aku telah menyakitinya.
"Hei
semuanya butuh proses, aku sedang dalam proses...aku memohon
pengertianmu..." elakku.
"Baiklah,
aku tidak akan memaksakanmu.. Dengan kedatanganmu itu sudah membuktikan kok
kalau kamu ingin lanjut...."
Kamipun
tertawa. Langit sore itu cerah, secerah hari ini. Aku merasa lega sudah
membicarakan semuanya dengan Dia. Aku senang karena sepertinya kami akan
kembali menjadi kita yang seperti dulu.
"Hei
kenapa kamu duduk jauh-jauh dari aku, mendekatlah.." kataku. Ia menoleh
dengan tatapan yang tidak bisa kubaca.
"Mendekatlah...
Aku sudah terlalu rindu...." lanjutku. Senyuman mengembang penuh pada
wajahnya.
Dan
langitpun menjadi saksi dari apa yang terjadi diantara kami.
0 komentar:
Posting Komentar